Kaki kananku terkilir. Burung yang kusangkarkan di teras rumah, berontak.
Sayapnya kehilangan banyak bulu. Ia ingin lepas.
Anjing itu lapar, aku tahu.
Sebelum kugapai, burung itu kembali berontak. Tapi kemudian sunyi, hanya sangkarnya yang bergoyang semakin pelan. Saat kuturunkan, ia telah rebah di dasar sangkar.
Burung kesayangan yang menghias salah satu sudut hati, pergi. Nyawanya telah mendesak jasad.
Di minggu yang sama, sehari sebelumnya, istri lari bersama seorang pengemudi dengan satu alasan, “Jumlah yang dijadikan pegangan tak sebanyak yang ia inginkan.”
Kini istri menari di ujung mata.
Akan kuikuti jejak kaki yang menjauh.
Burung di teras rumah yang mati harus diikuti oleh kematian lain, kematian seorang yang pernah menghuni rumah ini.
Hati terbakar memanaskan darah.
Seperti yg kita tahu, setiap orang, setiap waktu, masalah selalu ada. Kadang ia menanjak seperti riak menjelma gelombang. Tapi apabila tangan ikhtiar kita bisa tergenggam lebih kuat, tak ada masalah yang tak teratasi.