Thursday, July 05, 2007
posted by catur catriks at 3:02 PM | Permalink
Jing Ganjing-Gonjang

Seperti yg kita tahu, setiap orang, setiap waktu, masalah selalu ada. Kadang ia menanjak seperti riak menjelma gelombang. Tapi apabila tangan ikhtiar kita bisa tergenggam lebih kuat, tak ada masalah yang tak teratasi.


Kaki kananku terkilir. Burung yang kusangkarkan di teras rumah, berontak.
Sayapnya kehilangan banyak bulu. Ia ingin lepas.

Mataku menangkap sekelebat anak kucing melintas lari, dari utara menuju semak. Anjing kampung juga melesat ke arah yang sama.
Anjing itu lapar, aku tahu.

Terdengar gaduh istri tetangga memaki anak yg bebal.

Aku bangkit, tapi nyeri melemahkan gerak kaki. Dengan bantuan tiang teras yang di atasnya tergantung sangkar burung, aku berdiri.

Sebelum kugapai, burung itu kembali berontak. Tapi kemudian sunyi, hanya sangkarnya yang bergoyang semakin pelan. Saat kuturunkan, ia telah rebah di dasar sangkar.

Burung kesayangan yang menghias salah satu sudut hati, pergi. Nyawanya telah mendesak jasad.

Ini hari minggu.

Di minggu yang sama, sehari sebelumnya, istri lari bersama seorang pengemudi dengan satu alasan, “Jumlah yang dijadikan pegangan tak sebanyak yang ia inginkan.”

Kini istri menari di ujung mata.

Lalu terpegang pelecut tembak dengan peluru yang telah lama tersimpan.
Akan kuikuti jejak kaki yang menjauh.
Burung di teras rumah yang mati harus diikuti oleh kematian lain, kematian seorang yang pernah menghuni rumah ini.

Hati terbakar memanaskan darah.


Seperti yg kita tahu, setiap orang, setiap waktu, masalah selalu ada. Kadang ia menanjak seperti riak menjelma gelombang. Tapi apabila tangan ikhtiar kita bisa tergenggam lebih kuat, tak ada masalah yang tak teratasi.