Saturday, June 09, 2007
posted by catur catriks at 10:23 AM | Permalink
Elegi siang ini

'Dua temen kta meninggal pd usia muda. Dulu Kufu Salimi dn skrg Mudiono. Mengingatkn kpd kita, klau esok tdk slalu brarti banyak, tp kadang mjadi waktu akhir. Beribadah adlh sebaik2nya bekal'

'Tur, lebih banyk lgi kita mndekatkan diri kpd Yang Kuasa. Kpan kau pulang?'


inalillahi wa inna illaihi rojiun.

Siang, selepas sholat jumat, kabar duka terkirim ke hp sahabat-sahabat kampung yang kini tengah menyebar ke beberapa daerah mengadu nasib, termasuk ke hp saya.

Satu lagi sahabatku meninggal di usia muda.
Maut datang tak mengetuk pintu.
Sebuah misteri itu bernama umur.
Di mana manusia tak sedikit pun tahu rahasianya.
Mahabesar Alloh.

Betapa tak berdayanya manusia.

Ketika ada sahabat pergi, maka romantisme masa lalu datang membawa kisah betapa dekatnya waktu kemarin.
Kemarin kita ramai-ramai membawa jagung, singkong, atau ayam ke tanggul pelataran.
Kita membakarnya saat malam begitu dingin, saat hati kita begitu hangat.
Kemarin adalah setumpuk sejarah anak-anak kampung yang telah melintas di bentang waktu.

Sedekat-dekatnya sahabat di rantau, tak mampu mengalahkan keakraban sahabat kampung. Karena kampung adalah keluarga. Karena di kampung beberapa anak tumbuh bersama.

Beberapa tahun yang lalu, Kufu Salimi tenggelam di waduk Mrica, selepas sahur ramadhan.. Perahu yang ditumpanginya bocor. Aku tak di rumah. Padahal ada janji denganmu akan mengantar ke Cilacap melamar kerja. Padahal satu syura kita ada janji untuk kembali mendaki Sumbing, karena syura tahun sebelumnya kita tersesat dan hampir tak bisa pulang, hujan begitu lebat. Kita berangkulan ketakutan.

Kedua janji itu terbatalkan oleh maut yang lebih dulu menjemputmu.

Aku hampir menangis lagi, bukan di puncak Sumbing kawan, tapi di depan rumahmu ketika aku pulang.

Sekarang, kau Mudiono alm.
Sakit yang bersarang di paru-paru mendesak nyamamu.
Kau pun harus rela melepas dunia indah di mata pemuda.
Yah, rahasia sebuah ketentuan.

Bersama Kufu Salimi dan teman-teman yang lain, kita pernah membentuk sebuah halaqoh yang mewarnai pertumbuhan akhlak pemuda kampung kita.

Teman alm., yang kutahu terakhir kau sedang giat belajar Islam.
Smoga menjadi akhir terbaik yang kau peroleh, saat kau mendekat kepada-Nya.

Damailah saudaraku ..
Aku juga akan kembali.

Hidup seorang manusia hanyalah debu.
Begitu kecil
Begitu kecil