Monday, September 25, 2006
posted by catur catriks at 10:25 AM | Permalink
Wulan Nuri

Wulan nuri telah tumbuh remaja

Ia tak kanak-kanak lagi

Aku sudah tidak ingusan, katanya

Pada saat nenek moyangnya hidup

Fase itu adalah saat yang tepat bagi

Seorang anak nuri untuk dicarikan jodoh

Untuk dinikahkan

Karena begitulah nasib perempuan

Dan pencarian akan lebih dipercepat apabila

Anak nuri diketahui sudah bisa memasak dan menyambal

Tapi Wulan nuri hidup di jaman kekinian

Hanya akan mencari pasangan ketika merasa dirinya

Telah matang

Ia pun akrab dengan kata seorang ahli penata bulu:

Bulu yang ditata dan diwarna dengan baik akan

Mempercantik penampilan

Ia rajin pergi ke salon

Wulan gemar nongkrong di pepohonan

Mejeng memamerkan kemolekan

Dan berteriak: matahari harus selalu di beri keindahan agar

Ia tak bosan memberi sinar

Pada akhirnya Wulan nuri tak jua tumbuh dewasa

Pinjam lagu koes plues: Ia hanya menjadi bunga di pinggir jalan

 
Friday, September 22, 2006
posted by catur catriks at 3:15 PM | Permalink
MARHABAN YAA RAMADHAN

Assalaamu'alaikum wr.wb..

Marhaban ya Ramadhan,
Bulan di mana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do'a kita di ijabah,

Puasa Ramadhan semakin dekat, silap dan salah mohon dimaafkan

Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, sebelum Ramadhan datang,
saya mohon maaf lahir dan bathin....

Taqqobalahu Minna Waminkum, Taqoballahu Ya Karim,

Marhaban Ya Ramadhan
Allaahumma baariklanaa fi Sya'ban wa ballighnaa Ramadhan
Ya Rabb, berkahi kami pada bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan, Aminn.

Do'a Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan
"Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika
masih ada);
Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;
Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jum'at.

Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa kita dan memberikan
Barokahnya di Bulan penuh Hikmah ini. amin

(maaf, aku mengisimu dengan kutipan dari postingan orang lain, tapi mudah2an bermanfaat: bagiku)
 
Wednesday, September 20, 2006
posted by catur catriks at 8:16 AM | Permalink
Penemuan Bunga dan Kebahagiaan

(ini merupakan jawaban dari postingan jauh sebelumnya: Wangi Melati Mengunci Mahkota)

melati menahan langkah pada dunia gaduh

hanya menungu satu

bahwa tujuan yang kau tatap

lebih besar daripada seorang yang hafizd Al quran

An Naba?

berita yang kudengar adalah

tentang rindu yang kau damba selama waktu

dua nafas segera mempertemukan seperti haus yang berlabuh pada air

laksana detak kaki pada tanah

atau kuncup yang mekar ketika sinar pagi menghangatkan tubuh

hati pun merambatkan sulurnya

afwan, jika aku ingin menggambarkanmu dengan bagai

tapi urung, karena pujiku lebih meresap

maka berbahagialah

kita yang kadang dipertemukan dalam wangimu

telah membawa satu pesan

sebuah hubungan tidak harus dilakukan dengan saling menatap

walau mungkin pada jarak yang kedua, aku akan merasa kehilangan

karena telah ada yang turun dan menemukanmu

dia pun pandai menyimpan wangimu

tapi seperti yang pernah kulafazdkan

kepergian senantiasa memberi kesempatan pada semangat kehadiran sebelum ia sepenuhnya hilang

sebelum ia menutup cerita

berlarilah ke jauh

kejarlah yang setengah

bahagia senantiasa akan senang menemanimu, semoga

tanganmu tidak lagi sendiri

ada yang menggandeng dengan genggaman yang lebih kuat

memang semua begitu pada akhirnya

hanya waktu yang akan memutuskan

sekarang atau jangan

dan kerenanya, aku pun mengintai

agar bisa lolos dan berlari

menyusulmu

dengan peristiwa yang sama

dengan satu penokohan yang berbeda

(sengaja kupilih kata yang sedikit melengkung agar tak seorang tahu maksudku tapi itu mewakili isi hanya seorang yang kuharap bisa tahu sahabatku)

 
Tuesday, September 05, 2006
posted by catur catriks at 7:13 PM | Permalink
catatan hati
Aku dilahirkan di karang jambe, wanadadi, banjarnegara, jawa tengah.

Dari keluarga petani yang serba kekurangan.

Tapi aku sangat beruntung, orang tuaku mengedepankan pendidikan anak-anaknya.

Walau ibu saya tidak tamat dari sekaolah SR.

Sedang ayahku memang pernah sekolah, tapi hanya beberapa hari saja. Ia tidak bisa membaca.

Dalam masyarakat, orang tuaku dipandang bodoh.

Tapi pada akhirnya mereka kagum oleh kegigihan orang tuaku menyekolahkan anak2nya.

Banyak cerita dan kepedihan yang mereka jalani untuk itu.

Mungkin lain kali saja aku menceritakannya.


Yang akan aku ceritakan padamu,Halamanku, adalah kata-kata Ibu tadi pagi.

Pada saat aku kecil dan mogok sekolah, ayahku marah.

Beliau mengambil belahan kecil dari bambu dan menyabetkannya berkali-kali ke kakiku.

Sambil menyabetkan bambu itu, ayah sesekali berseru:

mau jadi anak bodoh apa, kayak bapak ini, ha?!!!

Aku menangis dan terguling di tempat tidur.

Ibu datang dan memelukku.

Kemudian beliau menyiapkan sarapan untukku.

Ya, saat itu kupahami, itu sudah menjadi tugas ibu untuk menenangkan hati anaknya.

Pada saat aku terbaring di tempat yang penuh dengan aroma obat, aku merengek minta pulang dan menyuruh ibu untk meminta ijin kepada dokter. Ibu menahanku dengan kata-kata yang lembut.

Pada malam hari badanku menggigil. Ibu memelukku erat. Pagi hari kuterbangun. Ibu masih tertidur di sampingku. Ada sisa air mata dan urat wajah yang lelah. Mungkin beliau tanpa istirahat menjagaku sepanjang malam.

Kupahami, itu sudah menjadi tugasnya, merawat dan menjaga anaknya yang sedang sakit.

Setiap hari, sebelum dan sepulang sekolah, ibu selalu menyediakan sarapaan dan makan siang untukku. walau pada akhirnya aku makan atau tidak, ibu tetap saja menyediakannya untukku.

Saat itu kupahami bahwa itu telah menjadi kewajiban seorang ibu untuk menyediakan kebutuhan anaknya.

Pada saat aku mulai kuliah di luar kota, ibu mengiringiku dengan sebuah doa: Bismillah.

Bahkan pada suatu malam, pada saat keningku sedikit berkerut, aku seperti melihat ibuku yang terbangun tengah malam dan bertahajud, berdoa agar anak-anaknya diberi kemudahan jalan.

Ya, aku menilai, salah satu tugas seorang ibu adalah mendoakan anak-anaknya.

Pernah suatu ketika aku pulang dari kuliah dengan mendadak di luar jadwal dari biasanya. Orang tuaku kaget karena aku meminta kepada mereka sejumlah uang yang tidak sedikit.

Karena belum punya uang, aku tahu waktu itu, ibuku terdiam bingung, duduk menyangga dagu dengan kedua tangannya.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk menjual sesuatu yang berharga.

Tapi bukan harga dalam nominal yang jadi masalah. Sesuatu itu sangat berharga bagi keluarga

Aku sempat terharu

Tapi maaf ibu, lagi-lagi aku beranggapan bahwa itu sudah menjadi tugas sebagai orang tua untuk melancarkan pendidikan anaknya.

Kini aku telah bekerja dan jauh darimu. Rindu tentu senantiasa datang.

Tapi terkadang kesibukan menyebabkan sedikit lupa untuk sekedar menelpon dan menanyakan kabar.

Hingga kemarin ibu memberitahukan bahwa ibu dan bapak mempunyai sebuah rencana. Aku pikir, ya, syukurlah.

dan walau ibu tak mengatakan, tapi aku tahu ia membutuhkan sesuatu.

kucoba untuk memenuhinya karena itu enteng buatku.

Persis tadi pagi, ibu mengatakan lewat telpon, aku telah membantu melancarkan rencananya. Dan pada akhir kalimat beliau mengucapkan kata yang begitu mengagetkanku:

Terima kasih, ya!

Aku tercekat dan tiba2 aku mengatakan serentetan kata yang aku sendiri tidak mampu mendengarnya dengan jelas.

Aku pikir pada saat itu lidahku terpeleset-pleset, lalu diam.

Ibu, tiba-tiba ananda merasa malu.

Untuk semua perlindungan kasih yang engkau berikan.

aku tak pernah mengucapkan terima kasih.

Untuk semua doa yang kau panjatkan untuk kemudahan jalanku

aku tak pernah mengucapkan terima kasih

Untuk semua usahamu agar kuliahku selesai

juga aku tak pernah mengucapkan kata itu kepadamu.

Untuk itu ibu, akan ananda maknai semua itu semampu ananda.

Dan bahwa kemarin yang aku lakukan, pahamilah ibu, adalah sebuah kewajiban anak kepada oang tuanya walau mungkin itu hanya seujung kuku. Aku tak akan mampu membalas sedikit apalagi banyak.

Maka itu ibu, lain kali jangan ucapkan terima kasih lagi

ananda malu di hadapan Tuhan.

Kecuali jika ibu ingin mengajariku untuk bisa mengucapkan kata itu.

Terima kasih ibu.

(Aku tahu, keluarga kita keluarga yang serba kekurangan, maka seharusnya aku juga tahu, perjuangan kalian untuk anak-anakmu begitu besar. Sungkem dari Ananda Ibu)

 
Monday, September 04, 2006
posted by catur catriks at 7:25 PM | Permalink
pembelaan
saat waktu melupakan kebiasaan
dan saat pikiran tertuju hanya pada satu hal
biasanya aku meremehkan hal yg lain
begitu juga denganmu, halamanku
kau terbengkelai, waduh (biasa aja kenapa???)

tapi relakan yg terjadi
karena biasanya seperti itu orang lupa membela diri
waktu yang lewat bukan milik kita lagi
ambil indahnya aja (cie ...)

cobalah menari mulai detik ini
yea, lama juga sesuatu terlewat
banyak kabar muncul

lagi, seorang teman akan menikah
alhamdulillah, pemenuhan separuh dien akan kamu capai
amin

dan, terkadang kehidupan baru akan membawa perubahan banyak
berdoalah
dan semoga doa itu akan senantiasa menyelimuti kehadiran hari2mu
kuucapakan selamat sebelumnya

dan apa yg kurasakan saat ini?
ok, santai
aku telah menghitung dengan pasti:

tidak ada kenyataan yang pahit
pada akhirnya semua orang akan menemui cinta