Friday, August 18, 2006
posted by catur catriks at 12:00 PM | Permalink
Tiga Angsa

Ketika aku telah lelah berkelana
Kutemui sebuah sungai murni dan bening
Aku dahaga dan mendekat

Di hadapan ada tiga sosok berenang
Angsa, kata mereka mengenalkan diri
Satu pria dan dua wanita
Si pria bernama Santo
Sedang wanita bernama Santi
Sinta untuk wanita kedua

Nama dan warna kalian cantik, aku bilang sambil melirik ke arah ke dua angsa wanita
Ehik, mereka berdehem tersanjung
Santi dan Sinta nampak tersipu dan mencelupkan mukanya ke air

Santo, aku tertarik dengan kedua wanitamu,bolehkah aku melamarnya?
Aku memohon sambil menyibakkan rambutku yang jatuh di kening

Byarrr!! Cipratan air muncrat ke segala arah seiring dengan kepakan sayap Santo yang meradang

Kau orang asing yang kurang ajar! umpat santo
Hatiku sudah terpikat, Kawan, kataku
Tidak boleh! Bentuk tubuhmu berbeda dengan kami. Mulutmu tidak berparuh dan kau berjalan dengan tegap, tolak dia dengan beberapa alasan.
Bentuk tubuh tak jadi masalah, Kawan, yang penting adalah setia, kataku.
Kau memaksa? Suara Santo penuh tekanan.
Bila sudah ingin, aku harus mendapatkan, jawabku tegas

Kau pendatang yang keras kepala. Aku tidak suka. Kukutuk kau jadi batu, jumawa!!

Yah, nasibku kini
Aku menjadi sebongkah batu di pinggir sungai

Pendek cerita
Aku akan berubah dalam bentuk semula
Bila ada seorang putri yang mandi di sungai tersebut dan duduk di atas batu

Aku akan berubah
Jika telah berubah, akan kukutuk putri itu jadi batu
Dan perjalanan akan aku lanjutkan
Untuk mencari angsa bernama Santi atau Sinta, karena sayangku sekeras batu
Santo akan kupatahkan lehernya.
 
Monday, August 14, 2006
posted by catur catriks at 4:26 PM | Permalink
Kaki Gajah pada Kancil

Gajah merasa jengkel pada kancil.

Berkali-kali ia kena tipu.

Yang paling menjengkelkan ialah ketika anaknya mati karena ulah kancil.

Saat itu, anak gajah disuruh kancil untuk mandi di telaga.

Menurut kancil, apabila anak kancil mau mandi di sana, maka ia akan cepat tumbuh besar.

Dalam sebulan badan anak gajah akan sama dengan induknya.

Anak gajah yang polos menurut.

Dengan senang hati ia menceburkan diri dan berlama-lama di dalam air.

Ia tidak tahu kalau rombongan buaya lapar sedang menuju ke arahnya.

Akhirnya,anak gajah yang masih mungil itu dikeroyok oleh buaya-buaya buas.

Ia mati dengan bagian-bagian tubuh yang terpisah di perut2 buaya yang gembung.

Kabar kematian anak gajah sampai ke induknya.

Seekor nuri melaporkan hal itu kepada gajah.

Gajah murka!

Dengan penuh amarah ia berlari mencari kancil.

Kancil ditemukan di bawah pohon mangga ketika ia sedang mengantuk.

Kaget bukan kepalang, kancil tak sempat berpikir untuk menipu gajah dengan akal cerdiknya.

Mau ke mana kau keparat?

Teriak gajah

beb beb beb

Kancil tak sanggup bicara


Kaki gajah turun di atas kepala kancil.

Terdengar bunyi tulang remuk.

Gemeletuknya terbawa angin sayup.

Nb: Dongeng ini untuk anak2 berusia 20th ke atas.

 
Friday, August 11, 2006
posted by catur catriks at 10:50 AM | Permalink
AL ASR
(1). Demi masa
(2). Sesungguhnya manusia dalam kerugian
(3). Kecuali orang2 yang beriman dan beramal shaleh,
dan saling berpesan dalam kebenaran dan saling berpesan dalam kesabaran
 
Wednesday, August 09, 2006
posted by catur catriks at 5:55 PM | Permalink
Mengapa Perang

Aku tak tahu sayang, mengapa banyak orang mengacungkan belati pada keluarga sendiri.

Aku juga tak mengerti, mengapa sebuah bangsa tega meluncurkan roket-roketnya ke bangsa tetangga.

Tidakkah hati para pemegang keputusan tergetar, ketika melihat anak2 menahan luka dan menahan nyawa?

Tidakkah hati mereka teergetar melihat para ibu yang meratap karena tulang punggung keluarga dan buah hati mereka meninggal?

Bagaimana bila para ibu itu, salah satunya adalah yang melahirkan mereka?

Apa yang dipikirkan seorang pemimpin ketika ia mengomandokan serdadu-serdadunya membunuh?

Pembuktiankah?

Kekuasaankah?

Sampai hari ini, korban di tanah Libanon mencapai ribuan: orang tua, wanita, maaupun anak2 yang bermata ceria.

Dan israel dengan supremasi persenjataannya masih terus membombardir wilayah padat penduduk sipil.

Sebuah bangsa laknat ingin menunjukkan keperkasaannya dengan korban kemanusiaan sebagai taruhan.

Apakah kau tahu, sayang, mengapa itu harus terjadi?

Dan mengapa juga sebuah kebiadaban harus ada pendukung?

Dan dukungan itu jauh lebih kuat dari bangsa mana pun?

Sayang, seekor rusa mungkin akan gemetar bila berhadapan dengan jongos macan. sedangkan macan itu ditemani oleh seekor singa. Rusa tahu, ia tak mungkin berlari,ia harus melawan. Dan untuk ini, rusa lebih tahu, ia akan menjadi santapan.

Seekor gajah dari tanah minyak pernah datang pada kerajaan singa untuk meminta perseteruan rusa dan macan dihentikan.

Singa pun menghardik pada gajah: Diam,atau kau akan terjungkal dari kursimu!

Sayang, pernahkah kau berkeinginan untuk bisa turun membantu para korban di tengah sebuah peristiwa?

Di mana kau harus menggotong mereka, mengobati, menahan suara yang mengerang, membalut daging yang sobek atau terbakar, mengambil mayat yang tak utuh dari runtuhan gedung?

Sementara nyawamu sendiri terancam oleh moncong tank yang siap muntahkan misil penghancur?

Kemarin rombongan pengantar mayat di Libanon terpaksa kocar-kacir ketika sedang beriringan mengantar jenazah. Pesawat israel menjatuhkan bom. Mereka berlarian.

Pada akhirnya mereka bisa menduga, jumlah mayat yang mereka antar akan bertambah. Orang yang sebelumnya berduka mengantar mayat, kini menjadi mayat yang juga akan diantar ke kubur.

Maut di sana sedekat denyut nadi.

Sayang, bisa bayangkan keadaan itu?

Mungkin begitu mencekam. Ketika nyawa hanya menunggu waktu?

Ketika anak-anak yang dicintai akan mati dengaan mengenaskan?

Memang, sayang, kita pernah mendengar para ibu yang berteriak:

Pergilah berjihad, anakku!

Jika kau mati, rahim ibumu akan melahirkan lagi anak-anak pemberani sepertimu!

Pergilah berjihad, anakku!

Mungkin itu salah satu jalan keluar ketika keputusasaan dianggap tidak ada lagi.

Ketegaran mutlak dipertahankan bila tidak ingin mati tanpa manfaat.

Sayang, aku mencoba membayangkan, betapa indahnya sebuah perdamaian.

Manusia saling bertemu, mengangguk dengan rukun.

Ketika cinta yang dimiliki adalah sebenar-benar tulus.

Bersatu untuk menciptakan keindahan.

Marilah sayang, mulailah menciptakan suasana damai dalam diri dan keluarga, dalam pergaulan.

Jangan sampai ada orang yang takut dan merasa terganggu dengan kehadiran kita.

Sayang, mulailah dari yang paling mudah.

Hilangkan ego dan setan yang bersemayam.

Damaikan hatimu, damaikan hatiku, damaikan di sekeliling

Sehingga ada sejuk di mana pun kita membawa diri

Untuk para korban di Timur Tengah, semoga Alloh menerangkan dan membahagiakan kalian di alam baru, Saudaraku.

Semoga segera Alloh menciptakan kedamaian di negeri sana.

Amin.


 
Tuesday, August 08, 2006
posted by catur catriks at 5:05 PM | Permalink
Syarat yang Gratis
Aku menunggu surat seperti yang pernah kusyaratkan kepadamu
Sebagai tanda bahwa kau tak perlu membayar
Bahwa ssejumlah nama yang kuberikan: gratis

Hanya sebuah latihan yang kuminta untukmu sendiri
Kemampuan yang bisa dikembangkan menuju optimal

Sebuah uraian yang kukutip hendaknya mampu menghentak
Dan dengan suka rela kau melakukan apa yang aku syaratkan

Tapi yang datang hanya sayup
Ada berita duka kemudian
Untuk dimaklumi
Dan sebuah pekerjaan yang seharusnya
Urung terlaksanakan

Sampaikan hormatku pada semua tindakan yang kau pilih
Yakinlah, tengah tahun kedua tiba
Semua telah menguap
 
posted by catur catriks at 1:26 PM | Permalink
Smart Inspiration

Banyak orang yang mengerutkan kening ketika ia dihimpit kekurangan harta.

Ada juga orang yang tertawa sambil menunjukkan perutnya yang gembung ketika ia mempunyai kelimpahan materi.

Di bawah atau di atas, semua akan berlalu dan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

Mungkin yang penting adalah bagaimana diri kita menyikapi.

Apakah sabar dan istiqomah tetap bersebadan ketika kita terpuruk di bawah?

Tidak menistakan diri dan tidak menistakan keimanan?

Apakah kita tetap akan rendah hati dan bersahaja ketika berada pada kelimpahan?

Tidak meriyakan diri dan pandai menyimpan dada. Bermurah hati dan bersyukur?

Kecukupan memang bukan tujuan utama atau final. Walaupun kecukupan berdiri pada posisi yang dominan pada pengharapan manusia.

Dan kekurangan bukan takdir yang permanen apabila kita mau mendekatkan ikhtiar dan doa.

Memang kita tahu, doa bisa turun dengan caranya sendiri.

Banyak doa yang turun dalam bentuk sesuai keinginan.

Ada doa yang turun dalam bentuk yang menggantikan.

Tapi banyak juga doa yang ditangguhkan karena kata-kata yang kita panjatkan berhenti sebelum mencapai langit.

Bagaimanapun, doa adalah sebuah kekuatan.

Tak heran bila ada seorang pendoa yang mengatakan demikian:

Aku berdoa agar hidupku diberi kemudahan jalan.

Tapi Tuhan memberiku aneka beban yang harus kutanggung.

Ketika aku berdoa agar diberi kelapangan rezeki.

Tuhan menghimpitku dengan berbagai derita.

Ketika aku mendambakan cinta.

Kutemui orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

Aku tidak pernah mendapatkan apa yang aku minta.

Hingga pada suatu saat, malam mengajakku untuk bermuhasabah.

Aku baru tersadar, aku telah berhasil menghadapi itu semua.

Tuhan memang tidak memberi apa yang aku minta, tapi Tuhan memberi apa yang aku butuhkan.

Dan itu berarti, doaku terkabul sudah.

Kecukupan harta bisa menunjang kita untuk memenuhi berbagai seruan ibadah. Haji, misalnya.

Dan sebaliknya, kekurangan harta memudahkan beberapa penyakit untuk hinggap di hati.

Tapi pahala tidak diukur dari seberapa besar harta kita yang didermakan, bukan?

Pahala dihitung dari keikhlasan dan besarnya pengorbanan.

Seribu bagi orang kaya berbeda dengan seribu bagi orang miskin yang pendapatannya sepuluh ribu per-hari. Sepuluh ribu yang harus dibagi dengan kebutuhan keluarganya.

Bila ikhlas, mungkin si miskin akan mendapat pahala yang berlipat.

Ikhlas merupakan kunci diterimanya ibadah, tapi kita sekaligus tahu, ini merupakan hal yang sangat berat.

Si Fulan bersedia menyumbang karena didatangi RT.

Kita sholat dengan terlihat khusu karena ada teman yang memerhatikan.

Perlu direnungkan istilah: ketika tangan kanan memberi, hendaknya tangan kiri tidak sampai mengetahuinya.

Menyembunyikan kebaikan karena ikhlas dan takut riya.

Seorang sufi pernah berkata:

Aku beribadah hanya karena Alloh.

Jika aku beribadah karena takut neraka,

Maka lemparlah aku ke dasarnya.

Dan jika aku beribadah karena mengharapkan surga,

Maka tutuplah rapat-rapat pintunya untukku.

Alloh memang menjanjikan surga untuk orang2 yang berada pada jalan yang lurus.

Pertanyaan yang paling mendasar: apakah kita akan tetap beribadah ketika tidak ada sesuatu yang dijanjikan?

Untuk menjawab secara lengkap, kita perlu menambah banyak ilmu. Hanya orang bodoh yang akan menjawab dengan cepat. Karena ini tingkatan yang lebih tinggi.

Tingkatan yang lebih merumput adalah keikhlasan kita untuk mengamini nasib ketika ia tidak begitu sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Ada orang yang menangis karena kelemahan/kekurangan fisiknya.

Ada yang menyalahkan diri karena mentalnya mirip dengan seekor kucing.

Ada yang meratap karena kesehatannya kian menurun.

Dan banyak orang yang menyalahkan keadaan dengan berbagai alasan.

Kekurangan atau kelebihan yang menghampiri hidup kita, hendaknya diambil hikmahnya dengan menghadapi dengan ikhlas dan ridha.

Saran yang baik adalah:

Jangan meratapi hidup. Karena peduli atau tidak, kehidupan akan terus berjalan. Cukup ridha-lah dengan apa yang Alloh berikan untukmu.

Mencapai kecukupan harta bisa mendatangkan sukses.

Tapi mencapai ikhlas dan ridha jauh lebih bahagia dari sekedar kata sukses.

Wallohhu alam bissawab.

 
Thursday, August 03, 2006
posted by catur catriks at 1:49 PM | Permalink
temen datang
dia datang dari Cepu
siang ini n aku antar ke kos
kaget juga kulihat dia
mirip preman, eh bukan, tapi gelandangan
itu gambaran yang paling tepat

dia mau nglamar kerja
tapi gak bawa celana kain
gak bawa sepatu
rambut gondrong, kumal n kulit item

tak ada bekas kalau dia pernah
menjadi seorang mahasiswa

tapi apa daya, u temenku
so, nikmatilah model penampilanmu
 
posted by catur catriks at 1:16 PM | Permalink
Di Tepi Telaga

Beki bebek dan Kiki kucing sudah lama saling bersahabat.
Keduanya tinggal di sebuah tepi telaga.
Di pagi hari, Beki bebek keluar dari sarangnya.
Ia melihat Kiki kucing mendengkur di bawah pohon.
Beki berjalan mendekati Kiki.
Ia berteriak kepada sahabatnya itu.
-Halo, kumis! Wek wek kweek, bangun!- kata Beki.
Kiki kucing terbangun dengan kaget. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya.
-Oh, kau mengagetkanku,- kata Kiki kucing sambil meluruskan badannya.
-Kumis, ayo kita mandi!- ajak Beki bebek.
Mendengar ajakan itu, Kiki kucing merengut.
-Wek wek kweek, maaf saya lupa. Kau kan binatang yang takut air,- kata Beki bebek sambil melangkah ke arah telaga. Ia berjalan dengan melenggok-lenggokan ekor dan menggoyang-goyangkan lehernya.
-Dasar bebek genit - kata Kiki kucing pelan. Ia menguap beberapa kali. - Masih terlalu pagi,- bisiknya.
Kiki kucing menjatuhkan badannya di bawah pohon.
Ia tertidur kembali.