Tuesday, June 19, 2007
posted by catur catriks at 8:24 AM | Permalink
Bunga pengikat
Senyum yang diberikan, bagai sulur yang merambat masuk dan membawa segar. Menjadikan alasan mengapa ada sebuah hubungan yang menghangat saat baru saja pedih mengguyur hati.

Jika senyum itu mantramu yang digunakan untuk bermain, maka akan ada banyak yang tertipu. Seperti rombongan lebah yang datang dan bergegas pergi setelah sebelah sayapnya terbaret dan yakin bunga yang didatangi tidak mempunyai sari madu. Tentu lebah-lebah itu tak kecewa. Senyum yang kau tawarkan dan mengantar mereka pulang adalah senyum yang merambat masuk. Hanya sebuah kelegaan bahwa pada akhirnya mereka tidak jatuh di pangkal pohonmu, di tanah yang berlumpur.

Kau harus sadar, bahwa keindahan saja tidak cukup. Kesadaran permukaan memang sering memikat. Tapi waktu yang maju bergegas akan melepas para pemakai topeng, tentu setelah wajah itu palsu tanpa harus bertopeng lagi.

Saat ini, ketika musim yang menghampirimu selalu semi, semua akan mengatakan: inilah hal terbaik. Bening embun dan hijau daun adalah milikmu. Dan hari-haripun bernyanyi, sebuah pesona yang terbang dengan melebarkan dan menabur janji yang dimengerti, tanpa perlu diucap.

Jika itu milikmu, berdirilah. Pada saatnya manusia akan berjalan dengan pandangannya, dengan melenggang atau bergandeng tangan. Pun dirimu. Biji yang kau tabur akan jua kembali padamu, dengan sadar atau dengan membawa korban.

(gb dr blog indosiar)

 
Saturday, June 16, 2007
posted by catur catriks at 12:47 PM | Permalink
pasti ada yg nyantol
he3, sedikit menghibur diri atas usaha-usaha yang telah dilakukan
seperti siang tadi, kembali aku mengirim sebuah lamaran
dengan disertai satu bab penyajian tulisan
dimana bab tersebut sudah pernah aku kirimkan beberapa kali kepada pihak penerbit.
tentu sekarang dengan perbaikan. rencana mau dikirim seluruhnya, tapi waktu utk memperbaiki terasa sempit dengan batas waktu lamaran.
ya, kenapa ya, semakin waktu ke sana, semakin terasa sedikit. hampir susah untuk mendapatkan saat luang yg cukup.

apabila ada waktu luang dan badan terasa nyaman, ingin cepet2 menyelesaikan buku pengayaan pelajaran yang sedang disusun di rumah. dan setelah selesai langsung melanjutkan buku yg lain.
tidak ada kepastian tntang buku ini apakah nantinya akan diterima oleh sebuah penerbit untuk mereka terbitkan atau tidak. tp aku tetep sj saya ingin menulis apabl ada kesempatan.
kadang berpikir untuk menerbitkannya secara indie mengingat banyak kemudahan yang sekarang tersedia. teman setter banyak, ilustrator juga ada, desain cover jg.
percetakan sudah tersedia dimana2. dan kerja sama dengan orang marketing buku jg sudah sngat memungkinkan. hanya satu langkah doang, dana untuk mencetak. sebenarnya bisa mencari sponsor, tp waktu kembali membatasi.

seperti pada pembuatan novel anak kemarin, setelah bertekad utk menerbitkannya sendiri dengan segala informasi kemudahan yg diperoleh, pada akhirnya sy harus mengirimkan ke penerbit buku anak. sampai sekarang blm ada kabarnya, he2 .. sedih deh. tapi aku dah mengatakan pada surat pengantar apabila setelah dua bulan setelah pengiriman ternyta blm ada beritanya, maka sy akan mnawarkannya kpd penerbit lain. ya, bikin mahal sedikitlah karya kita.

ide untk membuat cerita sll datang melintas, tinggal kemampuanku bisa memulai atau tidak.
pun sprti tadi siang, kukirim satu bab kpd penerbit buku pelajaran dijakarta untk dipertimbngkn atas lamaran saya sebagai penulis buku2 pelajaran SD. utk hal ini aku pernah melakukannya beberapa kali dan kandas. tp karena masih punya harapan dan keyakinan bahwa saya mampu membuat, maka kembali sy mengirimkannya pada penerbit lain. he3, entah karna keras kepala, krn ambisi, atau krn apa, yg pasti semakin banyak sy mengetuk, smakin mungkin ada tuan rumah yg membuka pintu, he2. agak berlebihan y? ya, pasti akan nyanthol jg suatu saat, krn pernah jg membuktikan pada kumpulan cerpen sy. stlh ditolak oleh stu penerbit, tanpa pikir panjang langsung aku tawarakn kepenerbit lain. itu krn sy yakin karya sy tidak jelek dan layak terbit. akhirnya skrg dlm proses penerbitan. lega juga.

yup, smg usahaku siang tadi akan berhasil nantinya.
kalaupun blm ya, terus berjuang, tentu dgn perbaikan-perbaikan
betul kan?

kpd temen2 yg suka nulis dan belajar nulis, ayo semangat
jgn down terlalu lama bila karya kita ditolak
segera perbaiki dan kirim ke tempat lain.
demikian seterusnya, suatu saat pasti akan ada yg nyanthol juga.
kita harus tetep kreatif!
 
Saturday, June 09, 2007
posted by catur catriks at 10:23 AM | Permalink
Elegi siang ini

'Dua temen kta meninggal pd usia muda. Dulu Kufu Salimi dn skrg Mudiono. Mengingatkn kpd kita, klau esok tdk slalu brarti banyak, tp kadang mjadi waktu akhir. Beribadah adlh sebaik2nya bekal'

'Tur, lebih banyk lgi kita mndekatkan diri kpd Yang Kuasa. Kpan kau pulang?'


inalillahi wa inna illaihi rojiun.

Siang, selepas sholat jumat, kabar duka terkirim ke hp sahabat-sahabat kampung yang kini tengah menyebar ke beberapa daerah mengadu nasib, termasuk ke hp saya.

Satu lagi sahabatku meninggal di usia muda.
Maut datang tak mengetuk pintu.
Sebuah misteri itu bernama umur.
Di mana manusia tak sedikit pun tahu rahasianya.
Mahabesar Alloh.

Betapa tak berdayanya manusia.

Ketika ada sahabat pergi, maka romantisme masa lalu datang membawa kisah betapa dekatnya waktu kemarin.
Kemarin kita ramai-ramai membawa jagung, singkong, atau ayam ke tanggul pelataran.
Kita membakarnya saat malam begitu dingin, saat hati kita begitu hangat.
Kemarin adalah setumpuk sejarah anak-anak kampung yang telah melintas di bentang waktu.

Sedekat-dekatnya sahabat di rantau, tak mampu mengalahkan keakraban sahabat kampung. Karena kampung adalah keluarga. Karena di kampung beberapa anak tumbuh bersama.

Beberapa tahun yang lalu, Kufu Salimi tenggelam di waduk Mrica, selepas sahur ramadhan.. Perahu yang ditumpanginya bocor. Aku tak di rumah. Padahal ada janji denganmu akan mengantar ke Cilacap melamar kerja. Padahal satu syura kita ada janji untuk kembali mendaki Sumbing, karena syura tahun sebelumnya kita tersesat dan hampir tak bisa pulang, hujan begitu lebat. Kita berangkulan ketakutan.

Kedua janji itu terbatalkan oleh maut yang lebih dulu menjemputmu.

Aku hampir menangis lagi, bukan di puncak Sumbing kawan, tapi di depan rumahmu ketika aku pulang.

Sekarang, kau Mudiono alm.
Sakit yang bersarang di paru-paru mendesak nyamamu.
Kau pun harus rela melepas dunia indah di mata pemuda.
Yah, rahasia sebuah ketentuan.

Bersama Kufu Salimi dan teman-teman yang lain, kita pernah membentuk sebuah halaqoh yang mewarnai pertumbuhan akhlak pemuda kampung kita.

Teman alm., yang kutahu terakhir kau sedang giat belajar Islam.
Smoga menjadi akhir terbaik yang kau peroleh, saat kau mendekat kepada-Nya.

Damailah saudaraku ..
Aku juga akan kembali.

Hidup seorang manusia hanyalah debu.
Begitu kecil
Begitu kecil