Monday, April 23, 2007
posted by catur catriks at 5:25 PM | Permalink
Perhatian di batas kewajaran
Sebagai manusia yang membutuhkan perhatian, kia juga sadar atau tanpa sadar sengaja memerhatikan orang lain.
Ini adalah keniscayaan yang sangat normal.

Ada
hukum timbal balik yang sering dibicarakan: jika kau tumbuh di tengah manusia-manusia yang penuh dengan perhatian, maka kau akan besar dengan hati yang dipenuhi bunga perhatian.

Ini kaidah yang benar, hanya saja tidak berlaku secara universal.

- Banyak orang yang hidupnya terabaikan, tapi dia memunyai perhatian yang kuat terhadap orang lain.

- Tak sedikit orang yang memunyai besar perhatian kepada sesama, tapi ia tak suka jika ada orang yang memerhatikannya.

Ada beberapa kalimat yang berbunyai begini:

- Hidup terasa berarti jika kita tahu di dunia ini ada yang memerhatikan kita.

- Saya tidak mau diperhatikan jika yang memerhatikan adalah orang yang tidak saya harapkan.

Jalan tengahnya mungkin bisa dibatasi dengan kata kewajaran.
Tapi adakah yang bisa mengukur batas wajar?

- Ya, tergantung situasinya, Mas!

- Ndak, terserah orangnya aja!

Tentu ini sedikit dilema karena tidak bisa dikalkulasi secara matematis.
Apakah kita tahu batas kebutuhan yang mencakup materi?
Apakah wajar bila disamakan dengan rata-rata?
Saya kira inipun tidak bisa dijadikan ukuran.

Yang menjadi masalah adalah ketika kita terpeleset dalam mengimplementasikan kata ‘perhatian’.

Saat kita memerhatikan lawan jenis, misalnya, sangat mungkin usaha ini melahirkan banyak hasil sementara atau hasil akhir.

Perhatian pertama mengagetkan, perhatian kedua menyenangkan, ketiga mulai kenyang dan bosan, perhatian keempat terasa di hati oring yang diperhatikan sebagai hal yang sangat menyebalkan.

Begini, jika kita (contoh gampangnya) meng-sms gadis/ pria.
Sms pertama yang kita kirim dibalas sama panjang, sms kedua dibalas pendek, sms ketiga tanpa balas, maka sms yg keempat akan diartikan sebagai kiriman yang sama sekali tidak diharapkan.
Padahal tujuan kita hanya untuk memerhatikan.
Keempat sms ini bukan berarti urutan dalam satu waktu, tapi bisa berseri di lain hari.
Nah, ketika sms kita tidak dibalas, mungkin perhatian kita sudah berlebihan, melampaui sebuah batas wajar.

Kita bisa mengangkat gelas yang berisi air penuh, begitu enteng.
Tapi ketika tangan kita mengangkat gelas itu selama satu jam, maka akan ada beban yang begitu berat dari benda sebesar gelas itu.
Tangan kita akan pegal, bergetar, bergoyang, dan akhirnya ada bagian-bagian air yang akan tumpah.

Memang, sebuah perhatian dengan batas yang wajar tidak bisa diukur. Tapi dari gambaran-gambaran di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa perhatian yang kita berikan telah melebihi batas normal apabila ada sebuah reaksi yang tidak nyaman.

Maka simpanlah perhatian kita apabila sesuatu yang ingin selalu kita perhatikan telah memunculkan reaksi itu.
Simpanlah, jika tidak ingin perhatian kita menjadi sesuatu yang sangat menyebalkan bagi orang lain.

Berniat untuk lebih dekat, ternyata malah menjauhkan jarak.

Anda punya perhitungan sendiri?