Segala perilaku diri adalah format kehendak kita. Demikianlah kita menjalani hidup. Begitu pula dalam melakoni ajaran agama kita. Amal shalih perilakunya, sedang niat ikhlas adalah kehendaknya. Amal shalih tanpa ikhlas niat akan sia-sia. Sebagaimana niat baik tanpa wujud amal hanya menjadi omong kosong belaka. Karenanya, tuntutan beramal shalih menjadi sama besarnya dengan tuntutan berkehendak.
Tapi kehendak dan niatan-niatan itu tak selamanya segar. Kadang layu, bahkan mati. Itu sebabnya, inisiatif yang berkesinambungan menjadi syarat mutlak bagi kesegaran niatan-niatan dan amal-amal shalih itu. (tarbawi)
Kehendak untuk mendapat yang kita ingin kadang yang datang malah hal yang tidak kita harapkan. Kebersihan niat dalam hal ini memengaruhi seberapa besar ridha kita terhadap kenyataan yang diterima. Kebahagiaan dan kesedihan adalah sebuah pajak dari kehendak yang telah dijalankan. Semua akan terbayar dengan harga yang sesuai. Semua telah dihitung dengan pasti dalam takdir Tuhan. Jangan gagap jika dilempar, jangan senang tampil dengan niat memperlihatkan, jangan ujub bila datang sebuah kelebihan.
Kembali, segala perilaku kita adalah kehendak kita. Ikhlas akan menyelamatkan kita dari kesia-siaan.