Termasuk kita, akuilah dengan jujur.
Baik pada perbuatan yang kita perhitungkan ataupun yang tidak kita pikirkan sebelumnya.
Tapi yang sering, kekonyolan terjadi pada saat kita gugup, tidak sadar, atau belum matang pikiran.
Bila waktu kecil kita sering menangis karena hal-hal yang sepele, karena es krim kita jatuh misalnya, maka setelah besar, kadang kita marah dan mendendam karena orang yang kita tunggu tidak datang, atau datang dengan membawa kabar yang mengecewakan. Padahal marah menguras tenaga dan mendendam bisa merusak hati.
Tariklah nafas dengan panjang, maka kita akan menemukan kekonyolan dari sikap dendam kita.
Saat kecil, kita sering cemburu bila Mama mencium anak lain dan memberinya permen, maka setelah besar, kadang kita terbakar hati bila teman yang kita taksir ternyata sedang terlihat akrab dengan lawan jenis yg lain.
Padahal kita tidak atau belum punya hubungan apa-apa.
Sadarilah, dan kita akan menemukan kekonyolan mengapa harus panas hati.
Saat kita sedang diperhatikan atasan, tak jarang kita bertingkah sebagai seorang karyawan yang baik, bersih, dan sok rajin.
Setelah bos pergi, kita bersikap santai seperti biasa.
Saat kita mempunyai kelebihan, kita memamerkannya kepada orang-orang, padahal mereka tidak meminta.
Seorang pemuda menjatuhklan kata cinta pada seorang gadis. Setelah kata cinta jatuh terucapkan, ia pun gugup dan menuliskan sms kepada teman dekatnya: Hoi, Boy! Aku berhasil nembak dia, ha ha ha.(ini contoh kasus saja). Ia tertawa dalam kegugupan.
Naas, sms bukan terkirim kepada teman dekatnya, malah mampir ke hp si gadis. Lebih nelangsa lagi, si gadis belumlah menjawab ya atau tidak atas cinta itu.
Konyol sekali tentu. Setelah sadar, si pemuda terkekeh-kekeh menertawakan dirinya sendiri. Mukanya merah menahan malu.
Ya, tertawalah. Kebodohan-kebodohan yang kita lakukan hendaknya tidak dijadikan beban. Melepas dengan menertawakan adalah salah satu – mungkin – jalan yang bisa dipilih agar kita tidak terbelenggu sesal. Agar kita lebih ridha terhadap diri sendiri.
Tentu, dibalik semua itu, ada pelajaran agar kita tidak melakukan kebodohan berulang.