Belut dan Lele bosan hidup di sungai. Sungai bagi mereka adalah tempat tinggal yang sempit. Air sungai tidak dalam. Airnya selalu bergerak. Mereka harus terus berenang agar tubuh mereka tidak terbawa arus.
Karena bosan dengan tempat hidup yang seperti itu, mereka berniat untuk pindah ke laut. Menurut mereka, laut adalah tempat hidup yang menyenangkan. Airnya tenang, dalam, dan luas. Di
Maka pada suatu pagi, mereka mengumpulkan para penghuni sungai untuk berpamitan. Ada Gurami, Mujair, Mas, dan lain-lain.
“Kalau kalian memang sudah bertekad untuk pindah, kami tak dapat melarang kalian,” kata Gurami.
“Pergilah, tapi sesekali berkunjunglah ke sini, ke sungai ini. Kami akan merindukan kalian datang bermain bersama kembali dengan kami,” pesan Mujair.
“Berhati-hatilah di laut,” kata Ikan Sepat.
Akhirnya setelah saling bersalaman, Belut dan Lele melesat pergi. Mereka menuju ke bawah mengikuti aliran sungai. Menuju ke hilir sampai akhirnya sungai bermuara pada laut.
Sesampainya di pinggir laut, mereka langsung masuk. Tapi begitu mereka masuk, Lele dan Belut kaget.
“Waduh, teman, kok airnya asin, huek!” kata Bel
“Iya, nggak enak, huk,” jawab Lele.
Mereka muntah beberapa kali.
Pada saat itu tiba-tiba melesat di hadapan mereka ikan raksasa. Seekor ikan besar dengan gigi taring yang tajam. Itulah Hiu. Lele dan Belut lari ketakutan. Mereka lari masuk ke dalam laut.
Tapi semakin masuk ke dalam, air laut semakin asin. Mereka muntah beberapa kali. Badan mereka semakin lemah. Dan di dalam laut itu ia melihat ikan-ikan yang sangat besar yang sangat menakutkan.
Akhirnya Lele dan Belut memutuskan untuk kembali ke sungai. Kembali ke tempat mereka semula.
“Teman, bagaimanapun, rumah kita adalah tempat yang terbaik,” kata Gurami menasihati Lele dan Belut.
Lele dan Belut tertunduk tak menampakkan muka.