Pulang ke rumah, ada sedikit laporan untukmu halamanku:
1. Di keluarga, aku lebaran duluan, yaitu hari jumat smentara yang lain hari sabtu. Keputusanku paling dipengaruhi oleh keputusan dewan syariah pks pusat n advis dari kakak perempuanku yang sangat aku percaya di pekanbaru.
2. Menjelang lebaran, kakak keduaku dicukur plontos tapi ia mlebatkan jenggot yang sama sekali tidak keliatan rapi, malah mirip Pepi. Sekarang ia keliatan lbih cuek oleh sindiran dari anggota keluarga yang lain. Untuk bberpa hal, aku menilai ia orang yang kolot.
3. Berkumpul dengan keluarga besar di rumah yang cukup smpit membuat suasana terasa gerah dengan gaduhnya suara2 sepupu perempuan yang saling berebut bicara. 4 orang, tapi busyet!
4. Ritual rutin adalah kunjung/dikunjungi saudara n tetangga, mnjelaskan kembali garis2 kekerabatan.
5. Saudaraku yang lain yang datang dari jambi memakai cadar, demikian juga dengan anak prempuanya yang baru berusia 9 tahunan. Tntu saja aku tak dapat melihat wajah mereka, kecuali matanya. Bila matanya menyipit, kupastikan mereka sedang tersenyum atau tertawa.
6. Salah satu adik sepupuku yang cewek, kuketahui telah berganti pacar. Pacar yang dulu masih saudara jauh kami, pun dengan pacar yang sekarang, teritung masih saudara juga. Antara pacar yang satu dengan yang kedua juga masih saudaraan. Aku tak begitu suka dengan gayanya yang ini. Tapi ketidaksukaanku terkalahkan bila melihat keceriaannya. Mmh .. Semoga dia tidak mencintaiku bila yang kedua ini terputuskan kemudian.
7. Tak sengaja pada suatu kesempatan aku melihat anak yang pernah aku taksir. Di makin terliht cantik dan sedikit juga muncul uara kedewasaannya, mungkin karena dia telah menikah, walau langsung ditinggal suaminya belajar ke luar negeri. Sempat memandangnya lama karena dia tak melihatku. Ketika ia makin dekat,kutundukkan muka dengan berpura2 sedang mngerjakan sesuatu. Juga ketika aku melewati depan rumahnya kulihat ia sedang duduk2 di depan rumah dengan adik dan ibunya. Begitu ia melihatku, buru2 dia masuk ke rumah. Akhirnya hanya ibu dan adiknya yang mnyapaku. Mungkin karena aku dan dia ada rasa sungkan dengn cerita lalu, hmm ..
8. Ngumpul bersama teman2, akhirnya mendengar berita bahwa agustus kemarin terjadi perselisihan antar kampung. 5 anak dusunku menginap di sel selama seminggu. Satu di antaranya adalah teman akrab .. (hmm, smpai kapan U bisa mengendalikan emosimu, Listiyanto?) Menurut cerita juga kalian ditangkp dengan cara diculik oleh aparat karena tidak ada
9. H+3, reuni alumni Pecinta Alam SMABAPALA dalam acara halal bihalal. Diketahui (lagi) kakak angkatn telah menikah dengan adik angkatan. Pengulangan yang pernah terjadi dengan kedua teman satu angkatanku. Membuat aku merasa sedikit tergelitik. Dulu mereka berkali2 menyampaikan larangan menjalin hubungan dengan sesama anggota. Akhirnya mereka melanggar. Kuambil pelajaran, ketika kita bicara tentang banyak hal, maka kemungkinan bnyak juga tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang pernah kita katakan. Kupahami dengan realita kocak, inilah yang dinamakan panggung perjalanan.
10. H+8, pergi ke sawah pinggir bendungan panglima besar jenderal sudirman (mrica), berfoto bersama ayah yang sedang membajak sawah. Si ponakan turun karena rasa tertariknya tidak tertahan, kemudia dia jatuh, bajunya penuh Lumpur. Di pinggir bendungan itu juga, aku menatap kembali peristiwa beberapa tahun lalu. Di tempat itulah satu sahabatku mati tenggelam karena perahu yang dinaikinya bocor dan dia tidak bisa berenang. Ia mati setelah subuh menjelang lebaran. Padahal waktu itu ada janji yang harus kami tuntaskan, mendaki gunung sumbing bersama. Janji ini terbuat setelah kami gagal dalam pendakian pertama. Waktu itu kita hanya mendaki berdua, hujan lebat datang dan kita tersesat jalan. Pada sebuah titik ketakutan kita berangkulan, dan aku merasakan sedikit getar tubuhmu, demikian juga mungkin denganmu, merasakan ketakutan di dalam diriku. Akhirnya kita putuskan untuk turun dengan susah payah. Hujan belum berhnti berjanji untuk mengulang kembali di kesempatan lain. Tapi, ketenangan air bendungan yang sekarang aku lihat, telah menghentikan janji kita. Kufu Salimi, semoga kau damai di . Setlah sampai di perkampungan, kita pun