Monday, November 06, 2006
posted by catur catriks at 8:23 AM | Permalink
Kepenerimaan

Dalam hidup, kita selalu berkeinginan menjadi yang terbaik, dalam hal apapun. Hingga kadang kita tak sadar muncul sebuah kesombongan. Apabila kita bertemu dengan seorang yang mempunyai kelebihan, maka kita akan berpikir, bahwa kita juga mempunyai kelebihan yang lebih berharga dari pada kelebihan orang tersebut. Dan kita pun merasa lebih tinggi.

Kita lupa, batasan apa saja yang tidak dapat kita lakukan. Kita memang dapat mengubah beberapa hal, tapi kita tidak dapat mengubah semuanya.

Tuhan telah menetapkan kita pada suatu posisi dan peran untuk suatu tujuan. So, do the best apa saja yang dapat kita lakukan. Memang dunia melihat rupa, kelebihan orang, kedudukan, prestasi, dan lain-lain. Tapi Tuhan melihat ke dalam kerendahan hati kita. Kita mempunyai kelebihan bukan untuk disombongkan, kita berambisi untuk meraih prestasi. Prestise yang ikut di belakangnya adalah hal yang tidak perlu dibanggakan dengan menyebut-nyebutnya. Sebagai manusia, memang kesombongan begitu dekat dan begitu berpotensi masuk ke dalam hati. Mari jaga hati kita.

Setiap pergi, kita akan selalu menemukan orang yang lebih hebat, dan ini tak ada habisnya. Maka sebenarnya sangat kerdil kita bila masih memelihara sifat sombong.

Bila kita selalu berpikir kurang atas rezeki, maka pergilah. Di jalan-jalan ada orang yang terbungkuk mengais sampah untuk di jual. Ada orang yang berkaki sebelah mengejar bus kota untuk bisa mengamen. Apabila selalu kurang, sangat tamakkah kita?

Ada kisah mengenai dua orang tua yang anaknya mati di sebuah universitas. Mereka datang berpakaian sederhana dengan maksud untuk membangun sebuah peringatan. Ketika mereka menemui rektor dan mengutarakan niatnya, rektor memandang rendah kepada pasangan suami istri tersebut karena pakaian yang mereka kenakan dan mengatakan: maaf, lahan di universitas ini tidak menerima pembangunan sebuah makam peringatan. Apabila setiap mahasiswa yang masuk di sini meninggal dan diberi tugu peringatan, maka unversitas ini akan seperti kuburan. Ucapan rektor diikuti dengan nada yang mencibir. Padahal suami istri tersebut berniat untuk membangun sebuah gedung kuliah di universitas tersebut.

Si suami menanyakan berapa harga seluruh aset di universitas tersebut. Si rektor menjawab dengan harapan kedua orang di hadapanya terkaget dan segera pulang. Rektor menyebutkan sekian dollar.

Mendengar ini, sang istri menatap ke suami dan berkata: kalau cuma segitu, berarti kita bisa membangun universitas sendiri.

Sang rektor nampak kebingungan. Pada akhirnya ia tahu, universitas Stanford berdiri, dan kedua orang yang pernah menemuinyalah yang membangunya.

Anda bisa dengan gampang menilai karakter orang lain
dengan melihat bagaimana mereka memperlakukan orang-orang yang
mereka pikir tidak dapat berbuat apa-apa untuk mereka. --by Malcolm
Forbes.

Kisah yang memalukan karena sifat sombong dan memandang orang lain rendah lewat penampilan semata. Ini bukan berarti kita bisa berpenampilan seenaknya, tidak. Dan kita juga tidak dilarang untuk menilai orang pada pandangan pertama, apa yang kita lihat, tidak. Tapi hikmah yang bisa diambil mungkin, kita harus pandai untuk menempatkan diri dan orang lain pada sebaik-baik tempat, tanpa prasangka, tanpa menjustifikasi secara sembarang.

Ambisi menjadi yang terbaik akan timbul efek ikutannya, yaitu ingin mendapatkan yang terbaik, di antaranya adalah ingin mendapatkan pasangan yang sempurna. Pasangan apa saja.

Banyak orang yang malu ketika berjalan di keramaian dengan orang yang hitam dan pesek. Duduk bersama orang yang kurus dan pendek sementara di depan mereka berkeliaran orang2 yang bugar dan tampak elegan. Banyak orang yang bangga ketika berjalan dengan teman yang tinggi, putih, dan cakep. Dan berperilaku seolah-olah dia orang penting. Ini sering terjadi dan walau boleh, tentu ini tak sepenuhnya benar. Rendah diri dan atau bangga karena orang lain.

Jika teman kita pesek, terima saja dan banggalah berjalan dengannya.

Jika teman kita hitam, terima saja dan jangan menghindarinya jika ia meminta kita duduk di tengah keramaian.

Terimalah apa adanya sebagaimana Tuhan menciptakan.

Mari ubah cara berpikir kita. Lakukan apa yang terbaik bisa kita lakukan. Karena apa yang kita lakukan setiap hari jauh lebih penting dari pada kita memikirkan untuk menjadi pribadi dan mencari pasangan yang perfect. Dan sangat merugi apabila kita memelihara sifat sombong karena ia akan menjadi penjara di dalam hati.

Kesederhanaan adalah kekayaan, kerendahatian adalah kehormatan, dan kehangatan dalam memperlakukan orang lain adalah hal yang sulit dilakukan. Kita akan tahu setelah kita mencobanya.

(Senang dapat menuliskan ini, ajakan untuk diri sendiri dan orang yang bersedia membacanya, semoga bermanfaat.)