Pada dasarnya, terima atau tidak terima, manusia dibagi dalam kategori: manusia wajib, manusia sunnah, mubah, makruh, dan manusia haram.
Manusia wajib ditandai dengan keberadaannya sangat dirindukan, sangat bermanfaat, bahkan perilakunya membuat orang di sekitarnya tercuri. Dia tidak pernah mengganggu orang lain, sehinggga orang lain merasa aman darinya. Ucapannya senantiasa terpelihara, tidak bicara hal yang sia-sia, banyak berbuat daripada berbicara.
Manusia wajib sedikit kesalahannya. Ia tidak suka mencampuri hal-hal yang bukan urusannya. Ia sangat menikmati ketika memberikan kebaikan bagi orang lain. Hari2nya tidak lepas dari menjaga silaturahmi, sikapnya penuh wibawa, penyantun, pandai mengendalikan diri, lembut serta penuh kasih sayang.
Seorang yang berakhlak baik, tidak biasa melaknat, menggunjing, bersikap tergesa2, dengki, bakhil. Ia justru selalu berwajah cerah, ramah, mencintai dan memberi karena Alloh. Bahkan marahnya pun Karena Alloh.
Oleh karena itu, siapa pun yang berada di dekatnya pasti akan tercuri hatinya. Kata-katanya selalu terngiang. Keramahannya pun menjadi penyejuk bagi mereka yg membara. Kehadirannya penuh manfaat. Jika ia tidak ada, maka siapa pun akan merasa kehilangan; akan ada terasa sesuatu yang kosong di rongga kalbu. Begitu indah hidupnya.
Manusia sunnah, ditunjukkan dengan kehadirannya memberikan manfaat, namun ketidakhadirannya tidak membuat kita kehilangan. Tidak ada rongga yang kosong akibat ketiadaan dia. Ini terjadi mungkin karena ketulusan amalnya belum dari lubuk hati yg paling dalam.
Manusia mubah, ditandai dengan ada atau tidak adanya dia tidak akan berpengaruh apa-apa. kerja di kantor atau membolos, sama saja, tidak membawa manfaat tetapi juga tidak membawa mudharat.
Manusia makruh, keberadaannya akan membawa mudharat dan ketiadaannya tidak memberi pengaruh apa pun. Maksudnya, kalau dia datang ke suatu tempat maka orang akan merasa bosan atau tidak senang. Orang yang keberadaannya mendatangkan masalah. Seperti ketika anak2 sedang asyik bermain, klakson mobil ayah datang, anak2 malah pergi ke kamar bersembunyi, pembantu takut kena marah, dsb.
Maka kepergian orang tersebut memberikan kenyamanan bagi orang2 di sekitarnya.
Adapun orang yang bertipe haram, keberadaannya malah dianggap sebagai musibah, sedangkan ketiadaannya justru disyukuri. Di saat ia berangkat kerja, banyak perlengkapan kantor yang hilang. Maka ketika ia dipecat, semua karyawan yang ada malah mensyukurinya.
Masya Alloh, tidak ada salahnya kita merenung sejenak, tanyakan pada diri ini apakah kita ini anak yang menguntungkan orang tua atau hanya malah menjadi benalu saja? Apakah masyarakat atau orang2 di sekitar kita mendapat manfaat atas kehadiran kita?
Jangan sampai kehadiran kita tidak diharapkan, atau malah ketiadaan kita disyukuri oleh banyak orang.
Nah, masuk ke dalam manusia apakah kita saat ini?
Marilah maksimalkan nilai manfaat pada diri kita.
Berlari untuk menjadikan diri sebagai khairunnas.