Tuesday, July 18, 2006
posted by catur catriks at 8:02 PM | Permalink
Negeri Bencana
Kita tak pernah tahu, bumi mana yang akan diguncang.
Kita, juga, tak mampu menduga, hati dan keimanan umat mana yg akan digetarkan.

Ketika masyarakat bersiap merayakan pergantian tahun, dan hari itu diharapkan segera datang, Alloh menimpakan bencana di tanah rencong. Ribuan nyawa hilang dan ribuan lain menanggung jejak luka di hati dan dalam kehidupannya.
Mungkin ini cobaan, peringatan, atau hukuman. Mungkin juga bermakna ketiganya.

Beberapa waktu lalu, di mana aku biasa kemping, pada sebuah bukit: runtuh. Runtuh pada saat hari belum begitu terang. Banjarmangu, Banjarnegara. Bahkan daerah itu tepat di atasku, hanya sebelah kecamatan. Dan dulu, sering pada pagi hari, kulihat bukit itu, tanpa pernah menyangka, suatu saat nanti, ia akan menimbun rumah dan penghuninya.

Ada kawanku yg ikut dalam proses evakuasi, selalu menangis karena sering menemukan, menggotong, men-sholati, atau membumikan dengan layak. Ada beberapa mayat yang ia kenal.

Bulan kemarin, ketika masyarakat Jogja bersiaga untuk menghadapi letusan merapi, bencana justru datang dari laut.
Subhanalloh
Bumi bergetar dari dasar samudra dan merembet ke daratan Bantul, Jogja, dan sekitar Jawa Tengah. Sakit.

Dan kebakaran, dan banjir di Sulawesi, dan luapan lumpur panas di Sidoarjo, dan

Kemarin sore, Pangandaran di hantam gelombang pasang setelah gempa di laut Hindia. Terlalu banyak jiwa yang meninggal,
lagi.

Ya Alloh,
Sebegitu mudahkah umatmu musnah?
Sebegitu beratkah negeri kami harus menanggung?

Jika Engkau menguji keimanan kami
Jika Engkau menghukum kami
Hamba mohon cukuplah sampai di sini
Cukupkan, ya Alloh
Amin