Tuesday, May 30, 2006
posted by catur catriks at 9:07 AM | Permalink
wangi melati mengunci mahkota
wangi melati mengunci mahkota
- seorang teman, sebelum agustus
dalam bayangan kukira
kau akan menyapa:
ah, hai
dan kuantar langkahmu menuju tenggara
karena di sanalah
semoga, nuansa indahnya indah
tapi kau menutup kuncup
di saat waktu tak lagi belia
kumbang tak akan melihatmu
dan aku bukan kumbang
hanya anak serigala
yang tak pernah merobek daging
kusapa semua tanpa prasangka
prasangkamu meluap sebelum kusapa
dan bergumam: adakah yang meminta
senandung yang telah lama menjadi milikku?
tentu aku tahu
ada hukum menyertaimu
dan aku bukan empunya tahu
karena aku tak tahu
bahwa engkau tahu sesuatu
peganglah sunyi sapamu
kuncilah pintu
jangan dengarkan ketok yang berbunyi
walau getarnya nyata terasakan
ragulah entah
ada saatnya kau menyapa
dan
ucapanmu melafalkan: sayonara!
mungkin
cerita takkan diadili dengan sebuah ketentuan itu
sadar atau tidak sadar
bila tujuan awalnya untuk saling menukar arti
tapi
apakah sebelum membuka
seseorang harus mempunyai tujuan?
ya, tentu aku tahu
ego di setiap sisi
menentang kepenerimaan
melati bermahkota putih jilbab
sekali izinkan aku mengajak
menemani keluar dari bumi nyaman
di sana begitu aneka
bukan untuk melunturkan keyakinan
melihat segala yang menurut rusak
juga bukan
untuk aku?
itu tidak benar
hanya mengetahui
adakah empati perbedaan
bila keridhaan memanjangkan umur
melati tumbuh bebas memburu rangsang
matahari atau angin
mungkin kelembaban
sedang kelelawar juga merasa
ia tak pernah tidur malam-malam
apakah itu yang disebut fitrah?
tapi jika ada lelah
fitrah ingin menyandarkan hati
saat suara kaki menapak tanah
saat arwah para aulia merombongkan senyum
malaikat turun dan berbisik
itulah ibadah setengah iman
manusia berlari melengkapi yang tersisa
terlalu jauh?
tidak , sudah dekat
ada di depan mata
raih dengan sapaan bungamu
by,
caturcatriks
- boneka sibuk bicara dan akhirnya tidur kelelahan
- seorang teman, sebelum agustus
dalam bayangan kukira
kau akan menyapa:
ah, hai
dan kuantar langkahmu menuju tenggara
karena di sanalah
semoga, nuansa indahnya indah
tapi kau menutup kuncup
di saat waktu tak lagi belia
kumbang tak akan melihatmu
dan aku bukan kumbang
hanya anak serigala
yang tak pernah merobek daging
kusapa semua tanpa prasangka
prasangkamu meluap sebelum kusapa
dan bergumam: adakah yang meminta
senandung yang telah lama menjadi milikku?
tentu aku tahu
ada hukum menyertaimu
dan aku bukan empunya tahu
karena aku tak tahu
bahwa engkau tahu sesuatu
peganglah sunyi sapamu
kuncilah pintu
jangan dengarkan ketok yang berbunyi
walau getarnya nyata terasakan
ragulah entah
ada saatnya kau menyapa
dan
ucapanmu melafalkan: sayonara!
mungkin
cerita takkan diadili dengan sebuah ketentuan itu
sadar atau tidak sadar
bila tujuan awalnya untuk saling menukar arti
tapi
apakah sebelum membuka
seseorang harus mempunyai tujuan?
ya, tentu aku tahu
ego di setiap sisi
menentang kepenerimaan
melati bermahkota putih jilbab
sekali izinkan aku mengajak
menemani keluar dari bumi nyaman
di sana begitu aneka
bukan untuk melunturkan keyakinan
melihat segala yang menurut rusak
juga bukan
untuk aku?
itu tidak benar
hanya mengetahui
adakah empati perbedaan
bila keridhaan memanjangkan umur
melati tumbuh bebas memburu rangsang
matahari atau angin
mungkin kelembaban
sedang kelelawar juga merasa
ia tak pernah tidur malam-malam
apakah itu yang disebut fitrah?
tapi jika ada lelah
fitrah ingin menyandarkan hati
saat suara kaki menapak tanah
saat arwah para aulia merombongkan senyum
malaikat turun dan berbisik
itulah ibadah setengah iman
manusia berlari melengkapi yang tersisa
terlalu jauh?
tidak , sudah dekat
ada di depan mata
raih dengan sapaan bungamu
by,
caturcatriks
- boneka sibuk bicara dan akhirnya tidur kelelahan
wah,bagus Tur,r4ada puitis. tapi aku ra mudeng je ...
oke,U berbakat jadi penulis!